
Presiden Amerika Serikat Jaya128 Donald Trump memberi sinyal akan kembali memperpanjang batas waktu bagi ByteDance, perusahaan teknologi asal China pemilik TikTok, untuk melepas kepemilikan atas operasi aplikasi tersebut di AS.
Deadline saat ini jatuh pada (19/6/2025), namun Donald Trump menyebut akan memberi kelonggaran jika belum ada kesepakatan yang tercapai.
Pernyataan tersebut disampaikan Trump dalam wawancara dengan NBC News pada hari Jumat di perkebunan Trump di Mar-a-Lago di Palm Beach, Florida, ditayangkan di seluruh Amerika Serikat pada Minggu (4/5/2025), di mana ia juga mengakui peran TikTok dalam memperkuat dukungan pemilih muda selama kampanye Pilpres 2024 lalu.
Donald Trump menyebut TikTok sebagai aplikasi yang “menarik” dan mengatakan bahwa platform itu “akan tetap dilindungi”.
Berikut beberapa poin penting dalam perkembangan ini yang Serambinews.com rangkum.
- TikTok Diakui Bantu Menangkan Pemilih Muda:
Trump mengaku memiliki “sweet spot” terhadap TikTok karena aplikasi ini memegang peranan penting dalam meraih simpati generasi muda selama kampanye pemilu tahun lalu.
Pengaruh media sosial, khususnya TikTok, menjadi kekuatan baru dalam perpolitikan AS.
- Deadline Sudah Dua Kali Diundur:
Awalnya, undang-undang yang disahkan oleh Kongres AS menetapkan TikTok harus menghentikan operasionalnya di AS per (19/1/2025), kecuali ByteDance menjual asetnya kepada entitas AS.
Namun setelah dilantik kembali sebagai presiden pada (20/1/2025), Trump menunda penegakan larangan ini dua kali yang pertama hingga April, lalu diperpanjang lagi hingga (19/6/2025).
- Rencana Spin-off Terhambat Restu China:
ByteDance dan sejumlah investor AS telah menyusun rencana pembentukan perusahaan baru yang akan mengelola TikTok secara independen di AS, dengan kepemilikan mayoritas oleh pihak Amerika.
Namun, pemerintah China menyatakan keberatannya dan kemungkinan besar tidak akan menyetujui penjualan teknologi algoritma utama TikTok, yang dianggap sebagai aset strategis nasional.
- Tarik Ulur Terkait Tarif Impor:
Trump menegaskan bahwa ia tidak akan mencabut tarif tinggi atas produk impor China sebagai syarat agar Beijing menyetujui kesepakatan TikTok.
Melansir dari CNN, saat ini, AS telah memberlakukan tarif hingga 145 persen terhadap barang-barang tertentu dari China.
Trump mengatakan bahwa China mengalami tekanan ekonomi akibat tarif tersebut dan ingin segera bernegosiasi.
- Penolakan dari Senator Demokrat:
Sejumlah senator dari Partai Demokrat menilai Trump tidak memiliki dasar hukum untuk terus memperpanjang batas waktu yang telah ditetapkan oleh undang-undang.
Mereka juga mengkritisi bahwa skema kesepakatan yang dibahas antara ByteDance dan investor AS belum memenuhi standar keamanan nasional dan hukum bisnis AS.
- Proses Negosiasi Masih Berlangsung Diam-diam:
Sumber dari pihak investor AS yang terlibat dalam negosiasi menyebutkan bahwa proses pembentukan struktur kesepakatan masih terus berjalan secara internal.
Namun, mereka mengakui bahwa penyelesaian konflik dagang antara AS dan China menjadi syarat penting agar kesepakatan tersebut bisa dilanjutkan dan mendapat restu kedua belah pihak.
Kisah TikTok di Amerika Serikat kini bukan hanya soal aplikasi hiburan, tetapi juga menyangkut isu besar seperti kedaulatan digital, pengaruh media sosial dalam politik, dan hubungan dagang antara dua kekuatan ekonomi dunia.
Meski Trump menunjukkan dukungan pribadi terhadap aplikasi ini, keputusan akhir tetap bergantung pada negosiasi yang rumit dan penuh kepentingan antara Washington dan Beijing.